Followers

Thursday, March 31, 2011

Noktah Cinta - Hafiz

Ternyata semua bicaraku
Tersimpan di dalam hatiku
Ternyata semua soalanku
Tak pernah kau fikir di fikiran
Mengapa kau masih
Mencari kepastian dalam cinta
Dan di sini masih
Menanti jawapannya
Tuhan tolong nyatakanlah
Padanya tentang cinta
Adakah masih diriku diperlukan
Tuhan tunjukkan padanya
Tentang apa yang ku fikirkan
Adakah cinta ini perlu untuk dirinya
Berbicara tentang cinta kita
Masih tiada noktah penghujungnya
Berbicara tentang perasaan
Simpan saja semua itu
Mengapa kau masih
Mencari kepastian dalam cinta
Dan di sini masih
Menanti jawapannya
Tuhan tolong nyatakanlah
Padanya tentang cinta
Adakah masih diriku diperlukan
Tuhan tunjukkan padanya
Tentang apa yang ku fikirkan
Adakah cinta ini perlu untuk dirinya

Kau Ku Temu - Hafiz, Akim, Aril & Anith

(Hafiz)
Tiada ku sangka
Bertemu dengan dia
(Aril)
Bersilanglah cara
Mengejar cita
Cita siapa

(Akim)
Aku cuma menurut kata
(Akim & Anith)
Orang semata-mata
Jadi saksi segala perilakuannya
(Anith)
Biar ternyata kemahuan ku
(Anith & Akim)
Segalanya dalam gapaianku
Chorus
Kau dan aku
Harus percaya
Menjalin ikatan irama
Kau dan aku
Harus bersama
Walau lain tak serupa
Ulang Chorus
(Aril & Hafiz)
Kau dan aku
(Akim)
Kau dan aku
(Hafiz)
Sepertimu jua
(Hafiz & Aril)
Aku membawa
Cinta dan cita-cita
(Akim & Anith)
Demi
Esok nan indah
Untuk kita bersama
Biar ternyata kemahuanku
Kini segala dalam genggamku
Ulang Chorus 3X
Kau dan aku

Janji - Akim

Cubalah kau mengerti
Perasaan hatiku
Ku cinta kamu
Hanya itu aku tahu
Dan takkan terulang lagi
Silapku yang dulu
Meninggalkanmu
Untuk kedua kali takkan berlaku
Chorus
Aku akan selalu
Menjaga dan mencintaimu
Aku janji padamu
Takkan menduakanmu
Dan takkan terulang lagi
Silapku yang dulu
Meninggalkanmu
Untuk kedua kali takkan berlaku
Ulang Chorus
Aku janji padamu
Akan mencintaimu
Ulang Chorus
Takkan menduakanmu

leia - Black

Tidak ku sangka hubungan kita
Akan di duga sebegini
Kerna ku jauh di kota
Dan kau pula menyepi di sana
Terpaksa menerima
Hakikatnya ku di sini
Dan kau pula di sana
Chorus
Malam ini ku hadiahkan
Sebutir bintang pengganti kata-kata
Dengarlah janjiku padamu
Sang rembulan menemani
Sementara menanti waktu bersama
Sabarlah masanya kan tiba
Seringkali ku terbayangkan mu
Dalam mimpiku kau tersenyum
Sedihnya rasa pabila ku bangun
Dari nyenyak tidurku
Masih ku keseorangan
Kerna ku di sini
Dan kau pula jauh di sana
Ulang Chorus
Hari demi hari ku nanti
Tiba malam hari
Kan ku pejam mata
Lihat kau tertawa
Dalam mimpi kita berdua
Terbang di angkasa
Hidup kita sempurna akhirnya
Ulang Chorus

Rindu Yang Telah Pergi - Akim, Black & AG

Sekali lagi ku terdengar
Suara takbir
Rasa menyelubungi
Bila ku sendiri
Ku masih bermimpikan
Hilai tawa itu
Walaupun hanya sesaat
Ku merasakannya
Chorus
Kini yang tinggal hanya
Pusara sebagai penawar bisa ini
Agar bercahaya
Aku mampu berdoa
Ini takdir yang maha esa
Di pagi raya
Terbayang kenangan indah
Tika bersama
Keluhuran di wajahmu
Ku kenang selalu
Andai ku meniti sebuah
Cinta sejati
Aidilfitri jadi saksi
Tulus hati ini
Ulang Chorus
Rindu yang telah pergi
Membawa satu memori
Menjadi satu coretan cinta
Di pagi syawal ini
Tertitis airmataku
Memandang potret wajah dirimu
Ulang Chorus
Di pagi raya
Di pagi raya

Sofea Jane - Black

Kau ibarat permata di dalam hiasan kaca
Yang tak bisa disentuh
Namun hanya boleh dipandang
Ingin sekali ku sentuh
Ingin jua ku memiliki
Kau selalu membuat hatiku merasa berat
Dan kau yang selalu ada
Saat semua pergi
Bagaimana mungkin
Untuk kau mengerti
Kini telah ku sedari
Mimpiku tak bererti sendiri
Chorus
Andai kau tahu
Apa yang ku mahu
Mahukan dirimu ‘tuk mendekatiku
Dan aku tak bisa memaksa dirimu
Walau dalam tidur
Ku kan menantimu hingga akhir nanti
Kau selalu membuat hatiku merasa berat
Dan kau yang selalu ada
Saat semua pergi
Bagaimana mungkin
Untuk kau mengerti
Kini telah ku sedari
Mimpiku tak bererti sendiri
Ulang Chorus 2X

Aku Rindu Sayang Kamu - Black


Siang dan malamku kini menjadi satu
Terasa sedihku bila tiada mu
Apakah ini dinamakan cinta oh
Menjadi aku yang punya
Apakah kau dah tak sepertiku
Rasa hari-hariku tak menentu
Bagaikan lilitan terikat di jantungku
Terasa sungguh
Chorus
Aku rindu sayang kamu
Matamu aku cinta kepadamu
Sayang kamu
Apakah kau rasa sepertiku
Rasa hari-hariku tak menentu
Bagaikan lilitan terikat dijantungku
Terasa sungguh

Drama King - Black ft Meet Uncle Hussain

Kali pertama aku mengenalimu
Mahu bersama
Mahu bersama
Raut wajahmu bersih
Meyakinkan hati ini
Aku terpaut
Semua dusta palsu
Aku tertipu
Keperibadianmu
Berubah menurut nafsu
Panggilanmu gelaranmu
Baru ku tahu
Chorus
Lakon layarmu hebat
Terpukau ku melihat
Isi hati upahan
Sampai bila
Kau mahu tersesat
Tidak kau penat
Hidup penuh muslihat
Mahkotamu Raja Drama
Kau masih berpura-pura
Kata-katamu hanya propaganda
Mengejar hijau ungu
Mata kelabu
Ini bukan kau yang pernah ku kenal dulu
Panggilanmu gelaranmu
Baruku tahu
Ulang Chorus
Panggilanmu gelaranmu
Baru ku tahu
Kau bertapa
Bagai maharaja di atas lembah
Lakon layarmu yang terhebat
Memukau mata melihat
Tidak kau penat
Hidup penuh dengan tipu muslihat
Sampai bila Raja Drama
Sampai bila Raja Drama
Tidak kau penat
Hidup penuh dengan tipu muslihat
Sampai bila Raja Drama
Sampai bila Raja Drama
Tidak kau penat
Hidup penuh dengan tipu muslihat

Jahatnya Cinta - Akim ft Stacy

Oh jahatnya kamu
Inilah cintaku
Inilah sayangku
Inilah cinta
Terpegun ku melihat kamu
Bergetar hatiku
Terus ku datang mencuba
Adakah khayalan menjadi nyata

Chorus
Aku aku
Bagai sudah terkena
Hati gembira rasa
Jahatnya kamu
Engkau engkau
Penyebabku terigau
Jiwa mula bermanja
Jahatnya cinta
Kepala kata jangan gelojoh
Hati pula kata pergi
Go baby go
Benarkah cinta itu buta
Kerna tak nampak apa selain dia
Ulang Chorus 2X
Dah terkena
Terkena demam cinta
Dah terkena
Terkena demam cinta
Ulang Chorus
Aku aku
Bagai sudah terkena
Jahatnya kamu
Engkau engkau
Penyebabku terigau
Jiwa mula bermanja
Jahatnya cinta
Jahatnya cinta

Bagaikan Bidadari - Tomok

*
Bagai sebuah cerita aku dan dia
Bermula hanya matanya yang mempesona
Dia membuatkan hari-hariku
Bagai sempurna tiada celanya
Malamku gelisah siangku bertanya
Jika kau tak bersama
**
Hadirmu bagaikan bidadari
Melengkapkan langkahku yang terhenti
Kaulah permaisuri
Gelap dunia tanpamu
Umpama nafasku kan berhenti
Jika kau hilang dalam hidup ini
Percayalah kasih cintaku padamu

Tak pernah hilang
Tak akan pergi
Ulang *
Ulang **
Kita kan terus bersama
Bukan untuk seketika tapi untuk selama-lama
Jangkauan kasih kita
Hingga ke akhirnya
Hidup kita bagai di syurga
Ulang **
Tak pernah hilang
Tak akan pergi
Tetap di hatiku
Kekal di hatiku
Hanya kamu
Tetap di hatiku
Tetap di hatiku

Yang Sempurnakanku - 6ixth Sense

Kaulah bidadari dalam hidupku
Yang selalu hadir di dalam mimpiku
Bunga yang selalu harumi hariku
Anugerah Tuhan yang sempurnakan ku
Bila kau jauh
Aku selalu rindu
Bila kau ada
Hatikan berbunga
Chorus
Ku akan selalu menjadi bintangmu
Menerangi gelap dan mimpimu
Aku setia di sini mengusap tangismu
Menemani sunyi di hatimu
Bila kau jauh
Aku selalu rindu
Bila kau ada
Hatikan berbunga
Ulang Chorus 2X

Sepi - 6ixth Sense

Hapus airmatamu dan jangan bersedih
Aku di sini
Menemanimu melukis hari
Hapus airmatamu dan jangan bersedih
Aku di sini
Menemanimu melukis hari
Mentari pagi
Bawakan embun sejukkan hati
Aku di sini
Menatap engkau menangis sepi
Oh sepi sepiku
Janganlah bersedih hati
Hapus airmatamu dan jangan bersedih
Aku di sini
Menemanimu melukis hari
Hapus airmatamu dan jangan bersedih
Aku di sini
Menemanimu melukis hari
Oh sepi sepiku
Janganlah bersedih hati
Hapus airmatamu dan jangan bersedih
Aku di sini
Menemanimu melukis hari
Hapus airmatamu dan jangan bersedih
Aku di sini
Menemanimu melukis hari

Khatimah Cinta - 6ixth Sense

Oh kidung malam nyanyikan lagu
Rindu hatiku yang terpendam
Oh bintang malam lukis wajahku
Katakan aku pergi
Genggamlah cinta yang ku berikan
Simpanlah selalu dalam hati
Ku akan selalu dalam mimpimu
Menemani tidurmu
Sudahlah sudah
Ku harus pergi
Jangan kau tangisi aku lagi
Biarku bawa seluruh cintamu
Ku dakap dalam tidur panjangku
Sudahlah sudah
Ku harus pergi
Jangan kau tangisi aku lagi
Biarku bawa seluruh cintamu
Ku dakap dalam tidur panjangku
Peluk tubuhku
Kucup bibirku
Relakan saja aku pergi

Cinta Mati - 6ixth Sense

Akan ku biarkan dirimu
Merasuki hidupku
Akan ku biarkan cintamu
Meracuni hatiku
Kerna cintaku terlalu gila
Kepadamu ku yang cinta
Kerna diriku tak pernah bisa
Hidup tanpamu
Chorus
Jangan pernah tinggalkan diriku
Jangan lepaskan aku
Walau setengah detik hidupku
Ulang Chorus
Kerna cintaku terlalu gila
Kepadamu ku yang cinta
Kerna diriku tak pernah bisa
Hidup tanpamu
Ulang Chorus 3X

Menyesal - 6ixth Sense

Tak pernah ku fahami ertimu padaku
Tak pernah ku mengerti hadirmu untukku
Rasa yang pernah kau bagi
Cinta yang telah kau beri
Setelah ku terjatuh baru ku sedari
Betapa kau kekasih hingga hujung hati
Rasa yang setia menanti
Cinta yang tak akan pergi

Menyesal ku akui tak terima cintamu
Dan kini engkau pergi meninggalkan hidupku
Terlambat ku akui berertinya dirimu
Kerna hanya dirimu sambut cinta
Penawar peritku
Hanya dirimu
Tulus cintaku
Menyesal ku akui tak terima cintamu
Dan kini engkau pergi meninggalkan hidupku
Menyesal ku akui tak terima cintamu
Dan kini engkau pergi meninggalkan hidupku
Terlambat ku akui berertinya dirimu
Kerna hanya dirimu
Sanggup cinta penawar peritku
Sanggup cinta pengusap tangisku

Sungai Lui - Aizat

Pejamkan matamu untukku
Dengarlah dunia berkata-kata
Usah kau ragu di sini tempatmu
Walau berubah di mata kita tetap indah
Selagi kau masih percaya
Ketawa kecewa terpisah
Jalan yang lurus kian berhalang
Adakah semua ini yang ku inginkan
Ataupun hanya mengejar dunia semata-mata
Ku harap ku masih percaya
Adakah semua ini yang ku inginkan
Ataupun hanya mengejar dunia semata-mata
Ku harap kau masih percaya
Buka matamu
Biar aku memelukmu
Kita bersama masih muda masih mentah
Ku harap kau masih percaya
Selama ini selama ini
Selama ini selama ini
Selama ini selama ini
Selama ini

Tiba - Faizal Tahir , Shahir dan Faizal Ismail (FBI)

Separuh dari hatiku
Ingin terus tinggal bersama denganmu
Sehingga umurku membawa
Kembali ke hari pertama
Pasti aku tunggu
Aku mula dengan baru
Aku pulang ke asalku
Membiar kau mengisiku yang pudar
Bertahan bersaksi berbagai
Patah tumbuh hilang berganti
Pasti ada kamu
Selamat pulang rasa
Ke asal jiwaku
Selamat kembali aku
Ke jalan lurusmu
Selamat datang cinta
Ke ruang hatiku
Hari ini yang menunggu
Hari yang selalu penuh baru
Bergema sempurna
Dalam diri yang teruja
Jiwa penuh cahaya
Menghias setiap sudut alammu
Dapatkah kau rasa
Apa yang ku rasa
Engkau dan aku
Sama tahu
Harinya telah tiba

Luar Biasa - Shahir

Seandainya mengalir di sini
Yang sejernih apa yang terkunci
Pastinya di dalam diari
Bagailah kasih
Hati ke hati bersemadi
Segala senyumanmu mengusikku
Oh mengapa
Tak terhidu
Kucupanmu berlagu merdu

Chorus
Luar biasa
Landah senja suria padamu
Lalu menusukku
Luar biasa suara
Siksa membisu
Akhirnya membunuhmu
Hidup ini puas dipenuhi
Yang sesali tiada berganti
Natijah rasa dizahiri
Bagai dimensi dan hipokrasi berselari
Segala senyumanmu mengusikku
Oh mengapa
Tak terhidu
Kucupanmu berlagu merdu
Ulang Chorus
Tanpa kata
Tanpa rela
Biarkannya
Jatuh ke riba
Takkan pudar
Kisah kita
Nyata di rasa nyata di matanya
Lalu menusukku
Luar biasa penjara
Siksa sesalan
Dikucupnya virus
Ulang Chorus
Maafkanlah diriku

Muda - Hujan

Tamatlah zaman persekolahan
Ku masih dihantui memori
Waktu kecil waktu yang gemilang
Oh Tuhan ku tak mahu pergi
Chorus
Alangkah indahnya dunia
Bila kita semua melangkah ke depan
Alangkah indahnya dunia
Bila kita semua akan bersama selamanya

Tak lupa pelbagai peristiwa
Waktu pergi mengaji
Ponteng kau dan aku macam tak biasa
Ulang Chorus 4X

Sedetik Lebih - Anuar Zain

Setiap nafas yang dihembus
Setiap degupan jantung
Aku selalu memikirkanmu
Dalam sedar dibuai angan
Dalam tidur dan khayalan
Aku selalu memikirkanmu

Ternyata ku perlukan cinta dari dirimu sayang
Barulah terasa ku bernyawa
Kasihku ku amat mencintai kamu
Kerana kau beri erti hidup
Ku kan terus mencinta sedetik lebih selepas selamanya
Di kala penuh ketakutan dengan badai kehidupan
Ku bersyukur adanya kamu
Biarlah kehilangan semua yang dimiliki di dunia
Asal masih adanya kamu

Ilusi - Adira

Rasa suasana riang berdua
Saatku kau lupakan saja
Menari di minda hingga terleka
Beralih ke alam yang nyata
Tersentuh bagai dejavu
Beribu batu lebar sayapku

Chorus
Pabila bercinta dan dicinta
Cari cinta
Cinta mega
Biar cinta jadi fenomena
Tertusuk sudah aku panahanmu
Panahanku hak milikmu
Biar panahku terus di situ
Inilah petanda telah bermula
Ilusi baru dalam sketsa
Memenuhi masa dengan ceria
Bagai ledakan supernova
Tersentuh bagai dejavu
Beribu batu lebar sayapku
Ulang Chorus
Ilusi
Biar ia dijadikan realiti
Aku menyanyi
Biar diriku mencapai rentak infiniti
Nan tinggi
Tersentuh bagai dejavu
Beribu batu lebar sayapku
Ulang Chorus

Awan Nano - Hafiz

Lihat ke arah sana
Serakan warna dan berarakan
Awan
Pabila terik panas
Segera hadirnya memayungi diri
Pabila kau dahaga
Sesegera turun hujan melimpahkan kasihnya
Pabila kau katakan
Akulah awan itu yang kau mahu
Begitulah awan nano
Setia melindungi diri
Tika panas mencuba menggores pipi
Dan bibirmu
Begitulah awan nano
Sering saja tak terduga hadir
Dan tak akan tercapai jejarimu
Kasihnya
Kasih tiada banding
Setia tiada tara
Bagaimanapun jua
Awan kekasih sebenarmu sayang
Walaupun tak akan tercapai jejarimu
Lihat diriku ini
Yang sesekali pernah kau bagaikan awan
Sehingga tak mungkin terlupa
Berikan belas sedari dulu
Sehingga tak mungkin termampu saksi
Setitis pun air matamu kasihku
Sehingga kau katakan
Akulah awan itu yang kau rindu
Akulah awanmu yang sedia
Melindungi dirimu tika panas mencuba menggores pipi
Dan bibirmu
Akulah awanmu yang sering kau rindu
Dan tak terduga hadirmu walau tak tercapai jejarimu
Kasihku
Kasih tiada banding setia tiada tara
Bagaimanapun jua
Aku pelindung dirimu sayang
Walaupun tak akan tercapai jejarimu
Begitulah awan nano
Setia melindungi diri tika panas mencuba menggores pipi
Dan bibirmu
Begitulah awan nano
Sering saja tak terduga hadir
Dan tak akan tercapai jejarimu
Kasihku
Kasih tiada banding setia tiada tara
Bagaimanapun jua
Aku pelindung dirimu sayang
Walaupun tak akan tercapai jejarimu

Tuesday, March 15, 2011

Pilihan Mama

SEKILAS PANDANG....'PILIHAN MAMA' - UMIE NADZIMAH

“PENAT betul rasa badan ni mama. Banyak betul projek baru kena handle.”

“Sebab tu anak mama lambat benar sampai rumah hari ini?”

“Man lambat sebab jalan jam la… ma. Dari HUKM tadi, melawat Rahman, assistant Man kat office tu. Kesian dia ma. Sakit teruk. Lembik badannya. Tapi doktor tak dapat kesan sebarang penyakit pun. Doktor kata dia stress, mungkin banyak sangat kerja.”

“Stress kerja? Man buli dia teruk sangat ke? Kesian budak tu.”
“Tak ada la… ma. Kita kerja in group, mana ada buli-buli. Walaupun banyak projek tapi masih boleh rehat. Boleh ambil cuti juga kalau nak.”

“Habis tu… kenapa Rahman sampai sakit macam tu? Janganlah jadi pada anak mama pula.”

“Hish… mama ni, janganlah minta macam tu. Setiap kata-kata ibu tu satu doa, tau!”

“Haah… la. Mama selalu terlupa. Bukan apa Man, mama risau kalau jadi apa-apa pada Man. Mama nikan ada anak seorang saja. Dialah intan, dialah payung mama.”

“Ada ke samakan Man dengan payung? Payung tu murah je ma. RM15 boleh dapat yang berkualiti, tau. Mama jangan risaulah. Man ni dah terlebih umur dah. Pandai-pandailah Man jaga diri sendiri. Di hospital tadi, Man jumpa ibu bapa Rahman. Mereka cuba juga berubat dengan ustaz di Bangi tu, ma. Dah beberapa kali juga mereka pergi. Yelah… Rahman pun dah dekat sebulan sakit.”

“Ada benda-benda tak baik mengganggu dia ke Man? Ada yang dengkikan dia ke?”

“Entahlah ma, kata mereka Rahman terkena buatan orang, tapi salah tuju. Bukan untuk dia. Untuk orang lain, tapi dia yang kena. Man tak tahulah nak kata apa. Antara percaya dengan tidak. Tapi biarlah mereka berusaha. Mudah-mudahan sihat.”

“Itulah… jangan suka makan sembarangan makanan yang orang bagi. Terutamanya jika kita tak kenal… jangan terus makan aje. Pilih-pilih sikit makanan tu. Hati-hati.”

“Yelah mama. Haah… la, Rahman tu memang suka makan. Pantang tengok makanan… dia rembat. Makanan Man selalu habis, ma. Kadang-kadang bekal yang mama buat tu pun tak sempat nak rasa. Kalau makanan yang orang bagi, tak kisahlah. Tapi kalau yang mama bekalkan jegil jugalah mata ni.”

“Selalu ke orang bagi makanan Man? Kalau dari orang tak kenal jangan makan, tau.”

“Taklah… mana Man pernah makan. Haah la… Man baru perasan, sejak kebelakangan ni Man selalu dapat sarapan free. Ingatkan Aliah yang belikan, sebab kalau dia nampak Man sibuk dia selalu sediakan. Bila tanya, dia kata takde pula. Tapi semua makanan tu Rahman yang telan. Satu pun Man tak rasa.”

“Mama risaulah, Man. Sekarang ni macam-macam orang ada. Tak dapat secara baik mereka guna cara halus. Masih ada lagi orang yang guna cara-cara kotor ni. Ingatkan zaman dulu-dulu je orang guna cara ni. Tapi sekarang ni di tengah-tengah bandar KL ni pun ada. Kalau di ceruk kampung orang asli sana tu logik juga.”

“Mama ni… kat KL ni lagi ramai orang busuk hati tau! Mama nak nasihatkan Man supaya hati-hati, mama pun kena beringat juga. Tengok sepupu mama tu, boleh dikatakan hari-hari datang. Mesti ada udang di sebalik batu.”

“Mak Cik Zai kau tu, bukan nak mencari udang lagi tapi nak cari orang bujang yang dah nak terlajak ni jadi menantu. Tu yang tak jemu-jemu dia bertandang. Ini pun satu masalah juga. Mama ni banyak kelas agama nak pergi. Kalau awal lagi dia dah sampai… takkan mama nak halau pula. Banyak dah kelas mama miss ni.”

“Habis tu… apa boleh Man tolong ma?”

“Kahwinlah cepat-cepat. Selesai banyak masalah.”

“Yelah… yelah. Nanti-nanti Man kahwin. Selesailah semua masalah mama. Man naik mandi dulu… dah busuk sangat dah ni....”

“Tengok tu… mama sebut je pasal kahwin, cepat-cepat dia nak pergi. Macam mana? Usia kita ni makin hari makin meningkat. Bilalah agaknya…”

“Mama nak dapat menantu, nak timang cucu.”

Mama menjeling, aku ketawa sambil mengatur langkah menuju ke bilik untuk membersihkan diri. Kesian juga mama. Betul-betul mengharap. Bilalah aku dapat menunaikan hajat mama ini? Detik ini,  aku tiada jawapan….

CERITA Rahman tidak habis di situ sahaja. Di pejabat heboh diperkatakan kononnya ada yang menggunakan khidmat mistik untuk mencapai hajat peribadi. Si malang Rahman yang menjadi mangsa. Jika kena kepada sasaran, orang yang dihajati boleh dimiliki!
Entahlah… aku antara hendak percaya atau tidak. Boleh juga jadi begitu? Bukankah syirik jika mempercayainya? Sakit itu datangnya dari Allah SWT.  Dia sahaja yang berhak! Manusia tidak mempunyai kuasa. Menjadi penyebab atau perantara, mungkin betul. Akan tetapi cerita-cerita gosip ni bukan boleh percaya sangat. Perkara seinci jadi seratus kaki. Satu sentimeter menjadi seratus meter. Sebenarnya, aku tidaklah dengar sangat. Cuma di hujung-hujung telinga sahaja… terdengar pekerja bawahan bercerita. Selebihnya faham-faham sendiri sahaja.

Kalau betul pun apa yang berlaku ini, terasa kelakar pula. Masih ada rupanya benda-benda macam ini pada zaman serba canggih ini? Zaman manusia satu dunia boleh berhubung dalam sekelip mata sahaja. Ada lagi agaknya bomoh-bomoh atau pawang yang membantu proses jahat ini. Tidak terjangkau akal dan fikiranku bagaimana mereka melakukannya.
Setahu aku, pekerja-pekerja yang terpilih untuk bekerja di syarikat tempat aku berkhidmat telah disaring dengan begitu ketat. Hanya yang betul-betul layak dan terbaik sahaja yang berjaya. Hampir keseluruhan pekerja mempunyai kelulusan dan kualiti yang bagus. Tidak sangka pula, ada yang percaya kepada kuasa-kuasa sihir atau alam lain. Seorang pekerja syarikat makanan antarabangsa berjenama terkenal menggunakan khidmat pawang? Kelakar… apa yang dikejar? Apa yang dicari? Sehingga seperti melupakan Tuhan? Sungguh… aku tiada jawapan.

Namun, berita tidak sahih yang baru aku dengar sungguh menggugat ketenangan fikiran untuk beberapa hari. Nama Encik Aiman, Pengurus Kanan Bahagian Jualan dan Promosi telah dikaitkan sebagai sasaran orang tersebut! Berdegup kencang juga jantungku seketika. Apa pasal namaku pula yang dikaitkan? Aku yang jarang mempedulikan bual kosong orang lain, dikaitkan juga? Aku yang sentiasa bermuka serius dan sepanjang masa tekun dengan kerja-kerja pejabat juga boleh digosipkan?  Hish… tak faham dengan dunia ini!

Sofia dikatakan menjadi punca kepada segala masalah. Dia telah menggunakan ilmu hitam dengan menghantar sesuatu melalui sarapan yang dititipkan untukku setiap pagi. Namun makanan tersebut tidak pernah kujamah walaupun sedikit. Maka, nasib malang tersebut terkena kepada Rahman yang pantang melihat ada makanan di pantri jabatan. Biasanya, aku akan menyuruh Aliah meletakkan makanan yang aku tidak mahu di sudut tersebut, khas untuk sesiapa sahaja yang merasa lapar. Di situ, sesiapa yang ternampak ada makanan, bermakna rezeki dialah hari itu kerana peraturannya adalah percuma dilihat dan dimakan. Tidak baik membazir. Tempat itu jugalah menjadi pelabuhan bergosip terutamanya bagi kaum perempuan!

Alahai Sofia, jika benar apa yang diperkatakan orang… bawalah bertaubat nasuha. Jangan diulangi lagi perkara-perkara jijik begini. Amat besar dosanya! Kasihanilah Rahman yang terlantar di hospital. Sedih bila melihat ibunya yang meratapi kesakitan yang ditanggung oleh anaknya. Sedih bila melihat ayahnya yang amat sugul bimbang keadaan anak yang semakin kritikal.

Jangan terlalu berani, Sofia. Banyakkan mengingati Tuhan. Selawat ke atas nabi-nabi jangan dilupa. Hati akan lebih tenang, petunjuk dan hidayah pun akan lebih mudah datang. Cara jahat begini bukan penyelesaiannya. Cinta tidak semestinya dimiliki. Walaupun payah, hidup mesti diharungi. Biarlah seiring dengan jalan yang diredai. Bukan jalan gelap dan hitam.

Namun, jika apa yang dihebahkan orang ini tidak benar… bersabarlah Sofia. Inilah yang dikatakan fitrah manusia. Mulut boleh memperkatakan apa-apa sahaja. Sebabnya, dia terlalu senang dibuka manusia. Tidak perlu menggunakan tangan atau tenaga yang banyak.
Sebetulnya aku amat runsing pada mulanya bila nama aku dikaitkan dengan kejadian Rahman, makanan Sofia dan ilmu mistik. Tetapi bila difikir-fikir balik, untuk apa aku harus membuang masa pada perkara-perkara yang tiada jawapan… emosi aku kembali tenang. Jika mama tahu cerita ini, bagaimana agaknya? Sedikit sebanyak aku dapat mengagak apakah tindak balasnya. Harap-harap, janganlah sampai ke telinganya mengenai cerita-cerita yang tidak pasti ini. Kesian pula mama nanti kerana terpaksa memikirkan jalan penyelesaian kepada masalah rumit ini.

Ingin siapa Pilihan Mama? Jangan lepaskan peluang untuk memiliki novel ini APRIL 2011 nanti!!!

“Restu mu...mengiringi bahagia hingga ke hujung nyawa....”

TERBITAN: KAKI NOVEL ENTERPRISE
PENULIS: UMIE NADZIMAH
ISBN: 978-967-5067-69-3
SEMENANJUNG: RM 18.00
SABAH/SARAWAK: RM 21.00
JUMLAH M/S: 428

M.A.I.D

SEKILAS PANDANG....'M.A.I.D' - SURI RYANA


HARI ini bagiku adalah hari yang sangat istimewa. Pertama sekali, sebab masuk hari ini genaplah sebulan aku bekerja di rumah Mr. F dan yang kedua, hari ini merupakan hari lahirku yang kedua puluh empat. Aku langsung tidak menyangka Mr. F yang garang macam harimau tu, baik jugak hatinya. Terkejut beruk aku semalam apabila jumlah wang dalam akaun Maybankku tiba-tiba menjadi banyak. Aku sengaja memeriksa baki dalam akaun semalam semasa keluar makan dengan Iman. Awal sehari rupa-rupanya gajiku masuk. Alhamdulillah. Terus aku memindahkan sejumlah wang ke dalam akaun mak. Kasihan mak, dah dua bulan tidak mendapat wang saku dari anak sulungnya ini.

Kemudian, aku terus menelefon mak semalam. “Assalamualaikum, mak.”
Terbayang wajah mak yang kurindui di ruang mataku.

“Waalaikumussalam.”

“Noorul dah masukkan RM600.00 dalam akaun mak. Nanti cek, tau,” kataku dengan gembiranya. Lega rasa hati bila terkenangkan bumbung rumah yang bocor boleh dibaiki pada bila-bila masa sekarang.

“Terima kasihlah Noorul. Kenapa banyak sangat?” tanya mak kehairanan.

“Gaji Noorul sekarang lebih sikit daripada gaji semasa kerja kat kilang kicap dulu, bolehlah bagi lebih sikit,”  ujarku.

“Ni, mak dengan Noorin nak ucapkan selamat hari lahir kat kamu. Semoga anak mak ni cepat bertemu jodoh.”

Hish, mak ni dari tahun lepas selalu kias-kias dengan aku suruh cepat-cepat berkahwin.

“Terima kasih, mak. Ingat jugak mak kat Noorul.” Sengaja aku buat nada sedih. Aku tersengih sendiri.

“Ya Allah... mak yang lahirkan kamu. Takkan mak lupa kut. Kamu ni...!”

Tinggi pula nada suara mak apabila mendengar aku cakap begitu. Aku terus ketawa mendengar kata-kata mak. Kalau aku ada kat situ, semestinya mak dah mencubit aku.

“Noorul saja aje cakap gitu,” kataku sambil ketawa kecil.

“Noorul, Mak Cik Leha dah selalu sangat tanya mak pasal kamu. Kamu memang tak ada perasaan ke dengan Si Asyraf tu?”

Nada suara mak serius benar ketika ini. Pertanyaan mak itu benar-benar mengocak ketenangan di dalam kolam hatiku.  Ah, berapa kali harus aku beritahu yang aku tak ada hati dengan Si Asyraf tu? Aku menggaru kepala yang tidak gatal.

“Mak, lain kali kita bincang pasal hal ni okey? Bateri telefon ni dah nak habis mak. Nanti Noorul telefon lagi ya. Assalamualaikum.”
Aku terus mematikan talian. Bukan aku tidak kasihankan mak, tetapi aku memang tidak ada perasaan langsung dengan Asyraf tu. Terpaksalah aku memutuskan talian dengan cara begitu. Rimasnya aku!
Hish, bila teringatkan perbualan aku dengan mak semalam, rasa tak sabar sangat nak balik kampung tetapi aku harus menyediakan satu set jawapan ketika mak bertanya tentang hasrat Asyraf dan Mak Cik Leha nanti.

“Apa yang kau menungkan tu?”

Lamunanku terhenti apabila ditegur oleh Iman yang baru keluar dari bilik. Kenapa Iman tak siap lagi ya? Hari ni bukan hari Khamis atau hari Ahad. Pelik jugak aku.

“Tak ada apalah Iman. Yang kau ni, tak pergi kerja ke hari ni? Hari ni hari Jumaat, kan?” tanyaku kepada Iman yang sedang membancuh air kopi.

“Aku saja ambil cuti. Nak rehatkan badan,” jawab Iman dengan selamba.

“Seronoknya... kan best kalau aku pun boleh cuti hari ni.”
Best memanglah best, tetapi tak dapatlah aku mendengar suara Mr. F nanti. Hatiku berkata-kata.

“Kau jangan nak mengada-ada Noorul. Baru aje sebulan kerja, dah fikir nak cuti. Jangan malas Noorul, nanti tak pasal-pasal kau kena pecat.”

Iman ni memang berpotensi untuk jadi seorang ‘mak nenek’ yang berjaya. Aku baru cakap aje, dia dah membebel.

“Kau ni Iman... aku cakap ajelah, bukan aku nak ambil cuti betul-betul pun.” Aku menangkis bebelan Iman itu. “Dahlah, aku nak gerak ni. Jumpa kau petang nanti ye.”

Jam menunjukkan pukul tujuh lima belas minit pagi. Aku menghirup air teh yang masih berbaki dan bangun dari kerusi.

“Tolong basuhkan cawan aku ye, Iman. Aku takde masa dah ni. Thank you my darling!” jeritku kepada Iman ketika menyarungkan kasut di muka pintu.

“Bertuah punya kawan! Naik motor tu elok-elok. Bye.” Iman yang muncul di ruang tamu bersama secawan kopi di tangan sempat lagi berpesan kepadaku.


TING! Tong!

Siapa pula yang datang waktu-waktu begini? Tak mungkin Mr. F kerana dia semestinya berada di pejabat sekarang. Aku terus menyarungkan tudung dan membuka pintu. Terkejut aku apabila terpandang wajah dua orang yang aku kenali muncul di muka pintu.

“Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday to Noorul, happy birthday to you!”

Mr. Lee dan Iman terus masuk dan menyanyikan lagu selamat hari lahir kepadaku.

Iman membawa kek berserta piza Hawaiian Chicken kegemaranku dari Pizza Hut.

“Terima kasih Iman... thank you Mr. Lee.”

Aku benar-benar terharu dengan mereka. Aku terus memeluk Iman dengan erat. Ada air mata membasahi pipiku ketika ini. Aku ni memang senang mengeluarkan air mata, tidak kira masa gembira atau sedih.

“Haiya! Apa pasai you menangis? Sudah tak cantik la....” Mr. Lee mengusikku sambil ketawa kecil.

Aku hanya tersenyum. Sememangnya aku sangat gembira.

“Dah, potong kek ni Noorul. Jangan lupa wish tau,” kata Iman yang tersenyum manis sambil memberikan pisau pemotong kek kepadaku.

“Hah, cepat potong. Saya tak boleh lama... tak ada orang jaga di bawah tau,” kata Mr. Lee pula.

Aku dengan pantas memotong kek dan disusuli dengan tepukan daripada mereka berdua.

“Apa yang kau wish tadi?” tanya Iman kepadaku sambil tersenyum.

“Aku wish supaya cepat-cepat dapat jodoh,” selorohku sambil ketawa kecil.

Iman juga kulihat ketawa dengan jawapanku itu.

“Wa... you sudah mau kahwin ka? Jangan lupa jemput saya tau. Saya suka makan itu nasi kenduri.”

Kata-kata Mr. Lee itu disambut oleh ketawa besar aku dan Iman.
Aku terus memotong kek dan meletakkan dua keping piza ke atas piring kertas yang dibawa oleh Iman dan kuberikan kepada Mr. Lee. Aku tahu dia tidak boleh lama berada di sini dan makanan yang kuberikan itu akan dimakannya di dalam pondok pengawal nanti.

“Thank you! Thank you! Saya turun dulu ya,” pamit Mr. Lee sambil membawa piring kertas yang agak besar itu dan menuju ke arah pintu.
Ting! Tong!

Kami berpandangan sesama sendiri. Siapa pula yang datang? Takkan Mr. F kut? Mati aku!!!

“Hey! Berapa orang you jemput?” tanya Mr. Lee kepada Iman. Matanya kemudian dialihkan kepadaku.

“Mana ada siapa dah. Kita ajelah. Entah-entah Mr. F yang balik kut. Mati kita Noorul....” Itu sahaja ayat yang keluar dari mulut Iman.
Aku yang terasa seperti hendak pengsan saat ini pula terus membuka pintu dan sudah bersedia untuk kehilangan kerja buat kali kedua di dalam tahun ini.

“Assalamualaikum,” ujar lelaki di hadapanku.

Aku dan Iman berpandangan. Tidak, bukan Mr. F yang pulang. Lelaki ini adalah tetamu Mr. F yang kami nampak kira-kira tiga minggu yang lepas.

“Waalaikumussalam...” jawabku perlahan.
Habislah aku, pasti kawan Mr. F ni akan beritahu tentang kehadiran Iman kepada Mr. F.

“You siapa? Ini bukan rumah you, kan?” tanya Mr. Lee kepada lelaki itu.

“Bukan. Ni rumah Harris, abang saya.” Tenang lelaki yang masih berdiri di muka pintu itu menjawab pertanyaan Mr. Lee. Senyuman manis terukir di bibir.

“Oh, adik dia ka? Okey, Iman, Noorul. Saya turun dulu ya. Thank you tau bagi saya ini kek dan piza,” kata Mr. Lee dan terus keluar.
Aku dan Iman hanya mengangguk lemah.

“Jemputlah masuk encik,” kataku kepada lelaki yang berdiri di hadapanku.

“Tak perlu berencik-encik. Panggil aje Haikal atau kalau nak lagi mesra, Carl,” ujar Haikal sambil ketawa kecil. Dia kemudiannya melangkah masuk dan terus duduk di atas sofa.

Sekuntum senyuman diberikan kepadaku. Pelik betul! Yang si abang, mencuka aje mukanya. Yang si adik pula asyik tersenyum setiap masa.

“Kek hari jadi siapa ni?” tanya Haikal dengan penuh minat.
Iman yang dari tadi hanya diam terus bersuara. “Sebenarnya, hari ni hari lahir Noorul. Jadi, saya datang bawak kek ni untuk sambut hari lahirnya yang kedua puluh empat.”

“Oh, dua puluh empat tahun... muda dua tahun dari sayalah ni. Awak pun dua puluh empat tahun ya?”

Iman menganggukkan kepalanya.

“Encik, dia tak bersalah. Saya yang salah. Noorul tidak tahu apa-apa pun. Tolonglah jangan beritahu Mr. F. Mesti dia pecat kawan saya ni.” Tiba-tiba Iman merayu kepada Haikal.

Aku yang sedikit cuak hanya memandang ke lantai.

“Mr. F?” Haikal mengerutkan sedikit dahinya.

Aku menjeling geram ke arah Iman.

“Eh, salah... salah. Mr. H. H untuk Harris.” Iman berkata dengan agak gugup.

“Ye saya tahu, H untuk Harris. Tapi F pula untuk apa?” tanya Haikal dengan penuh minat.

“Takde apa-apa encik. Iman tersalah sebut huruf aje tadi.” Aku terus bersuara. Harap-haraplah lelaki ini percaya dengan alasanku.

“Okey, saya akan telefon Abang Harris dan beritahu tentang party ni sekarang kalau korang tak nak cakap apa maknanya F tu,” ugut Haikal.
Hish! Kejam betul!

“F untuk fussy,” jawabku perlahan.

Tidak kuduga dengan tiba-tiba, ruang bawah penthouse ini menjadi riuh dengan gelak ketawa Haikal. Aku dan Iman tersenyum lega.
“Abang Harris memang cerewet sikit tapi dia baik tau,” ujar Haikal sambil tersenyum. Tidak ada riak kurang senang di wajahnya.

Aku terus meletakkan sepotong kek ke atas piring dan kuberikan kepadanya.

“Terima kasih. Selamat hari jadi cik...?” Dia mengambil piring yang kuhulur kepadanya.

“Noorul,” jawabku sambil tersenyum.

“Awak pula?” Dia bertanya kepada Iman sambil menyuapkan kek ke dalam mulut.

“Iman,” jawab Iman sambil tersenyum. Pastinya Iman tidak menyangka adik Mr. F sebaik ini.

“Saya datang ni sekejap aje sebab saya nak ambil beg kat atas. Tak sangka pula dapat berjumpa dengan dua orang perempuan cantik kat sini,” kata Haikal sambil mengenyitkan matanya kepadaku.
Memang perilakunya jauh berbeza dengan Mr. F.

Seperti biasa aku dan Iman hanya tersenyum.

Tiba-tiba telefon bimbit Haikal berbunyi.

“Helo,” jawabnya.

“Dah. Carl kat Golden Palacelah ni. Cantiknya pembantu rumah along. Kenapa tak nak kenalkan awal-awal dengan Carl?”

Alamak! Janganlah dia beritahu yang Iman ada sekali dengan kami.
Tiba-tiba Haikal menyerahkan telefon bimbitnya kepadaku.

“Assalamualaikum.” Aku memulakan bicara.

“Waalaikumussalam. Adik saya datang untuk ambil begnya. Maaf, saya ada meeting tadi... jadi tak sempat nak beritahu. Lain kali jangan benarkan sesiapa pun masuk ke dalam rumah tanpa kebenaran saya. Saya juga akan maklumkan kepada awak kalau ada sesiapa yang hendak datang ke rumah ketika awak bekerja di masa hadapan.”

Panjang lebar Mr. F bercakap denganku hari ini. Rasanya inilah ayat yang paling panjang pernah keluar dari mulutnya sepanjang kami bercakap di telefon sebelum ini. Aku yang terlupa dengan kehadiran Iman dan Haikal tiba-tiba tersenyum gembira.

“Baiklah encik,” jawabku dengan pendek sambil memulangkan telefon bimbit kepada Haikal.

“Iyalah, nak gerak dah ni. Risau sangat along ni. Assalamualaikum.” Haikal mematikan talian sambil memandang ke arahku dan tersenyum lagi.

Memang ada iras Mr. F cuma bagiku, Mr. F lagi kacak kut.

“Risau betul Abang Harris tu sebab dia ingat saya berdua dengan awak aje. Takut kita kena tangkap basah kut,” katanya sambil ketawa.
Iman juga kulihat sakan bergelak ketawa dengan kata-kata Haikal itu.

“Okeylah, saya nak ambil beg kat dalam bilik Abang Harris sekejap,” katanya sambil berlalu.

“Pst... Noorul. Baik kan Haikal tu? Tak macam Mr. F,” komen Iman kepadaku sebaik sahaja Haikal hilang dari pandangan kami.

“Tapi Mr. F lagi handsome,” balasku sambil tersenyum.
Iman menjegilkan matanya.

“Handsome tapi perangai macam hantu, nak buat apa?” Sempat lagi Iman mengutuk Mr. F.

“Ala, kita tak kenal dia betul-betul lagi. Mungkin dia pun baik macam Haikal.”

Aku tidak tahu kenapa aku harus mempertahankan Mr. F setiap kali Iman berkata sesuatu yang buruk tentangnya.

Belum sempat Iman membidas kata-kataku itu, Haikal sudah pun turun ke bawah bersama dua buah beg berwarna hitam.

“Okey Noorul dan Iman, saya gerak dulu. Boleh saya tahu nombor telefon awak?” tanyanya sambil mengeluarkan telefon bimbitnya.
Aku benar-benar terkejut dengan permintaan lelaki ini. “Untuk apa ye, encik?”

“Senang kalau ada apa-apa hal nanti,” ujarnya selamba.

“Oh... 012-4145323.” Aku terus memberikan nombor telefonku. Takut pula kalau ada apa-apa hal nanti, tetapi dia boleh aje terus beritahu Mr. F, kan?

“Okey, saya gerak dulu ye. Assalamualaikum,” pamit Haikal dan terus menuju ke arah pintu.

“Waalaikumussalam.”

Kami menghantar Haikal hingga ke muka pintu.

Lelaki itu sempat melambai ke arah kami sebelum berlalu pergi.
Sebaik sahaja aku menutup pintu, kami terus menghabiskan kek dan piza yang dibawa oleh Iman.

Kemudian, Iman membantu aku melakukan kerja-kerja di dalam penthouse sambil bersembang-sembang atau lebih tepat lagi bergosip tentang Mr. F dan Haikal. Nampaknya Iman lebih sukakan Haikal daripada Mr. F dan tidak habis-habis dia memuji keramahan Haikal.

Aku pula masih tersenyum sendiri apabila mengenangkan aku dapat bercakap sebanyak dua kali dengan Mr. F hari ini.
Nak tahu lebih lanjut? Dapat novel ini di pasaran bulan APRIL nanti!




“Ya Allah Noorul... takkan goreng ikan pun kau tak tahu? Masak nasi tahu tak?
Haih... habislah kau kalau macam ni. Tak sampai seminggu gerenti kau kena pecat, Noorul.”



TERBITAN: KAKI NOVEL ENTERPRISE
PENULIS: SURI RYANA
ISBN: 978-967-5067-77-8
SEMENANJUNG: RM 26.00
SABAH/SARAWAK: RM 29.00
JUMLAH M/S: 768

566 Hari Mencari Cinta

SEKILAS PANDANG… '566 HARI MENCARI CINTA' - ILYA ABDULLAH


HOTEL HILTON. Alunan muzik rancak bergema di ruang utama dewan hotel itu. Model-model jelita naik ke pentas silih berganti. Pakaian yang diperagakan turut bertukar-tukar fesyen. Di belakang pentas, para pereka dan jurusolek sibuk menyiapkan model-model yang bakal naik ke atas pentas.

Di satu sudut seorang wanita tinggi lampai sedang bersandar sambil memerhati gelagat-gelagat mereka dengan renungan tajam. Di sebelahnya berdiri seorang lelaki bermuka serius tanpa secalit senyuman di bibir. Tangannya tidak lepas dari memeluk fail.

Pertunjukan fesyen itu berjaya dilangsungkan dengan meriah sekali. Para jemputan bangun memberikan tepukan gemuruh. Rata-rata tetamu yang hadir adalah daripada golongan kelas atasan. Kilauan cahaya dari lensa kamera terpancar di sana-sini.
Pengacara majlis menjemput penganjur pertunjukan fesyen pada malam itu naik ke atas pentas.

Bunyi tapak kasut setinggi satu inci itu cukup dikenali. Lenggok jalannya seperti gaya seorang model. Bertubuh langsing dan tinggi lampai. Rambut yang panjang itu disanggul rapi, menunjukkan dia wanita yang anggun. Make-up yang dikenakan tipis namun sedikit pun tidak mencacatkan kejelitaan yang dimilikinya. Pakaian yang dikenakan menyerlahkan keanggunannya. Senyuman sinis sering terukir di bibir yang merah merekah itu.

Siapa lagi kalau bukan Firdayu Fahrin, pereka fesyen bertaraf profesional hingga mampu membuka empayar rekaannya sendiri. Nama Rosette Fashion Designer cukup gah di persada dunia fesyen. Dalam usia yang begitu muda, Firdayu sudah berjaya membariskan namanya di kalangan nama-nama besar pereka di dalam dunia rekaan fesyen. Keangkuhan jelas terpamer pada raut wajah jelita itu.

Seorang model lelaki menghulurkan tangan kanannya kepada Firdayu dan seorang lagi model perempuan memegang tangan kirinya. Model lelaki dan perempuan itu mengiringi Firdayu naik ke atas pentas.

Terpegun mata para tetamu yang hadir melihat kejelitaan Firdayu. Benarlah seperti yang hangat diperkatakan sebelum ini. Bukan sekadar indah khabar dari rupa. Wanita itu memang jelita. Mana-mana lelaki pun tidak sanggup menahan debaran di hati.

“Tuan-tuan dan puan-puan... biarlah saya perkenalkan kepada anda sekali lagi, pemilik Rosette Fashion Designer, Cik Firdayu Fahrin.” Pengacara majlis menghulurkan tangan kepada Firdayu.

Firdayu menyambut huluran itu dengan senyuman. Tepukan gemuruh bergema lagi daripada para tetamu.

Senyuman angkuh masih terpalit di bibir Firdayu. Firdayu masih belum berpuas hati dengan apa yang dia kecapi sekarang. Masih ada kemewahan yang ingin dikejarnya. Harta nenek! Dia mahukan harta nenek yang melimpah-ruah itu.

Kejelitaan yang terpamer telah menarik perhatian seorang lelaki segak berkot serba hitam yang berdiri bertentangan mata dengannya. Tidak berkelip-kelip mata lelaki itu melihat keindahan makhluk ciptaan Tuhan yang dinamakan Hawa.

Firdayu melemparkan senyuman namun bukan ke arah lelaki itu tetapi lelaki di sebelahnya. Firdayu tidak mengendahkan renungan tajam lelaki tersebut. Ruzair, salah seorang usahawan muda terkaya di kota metropolitan ini. Lelaki yang cukup sempurna serba-serbi di pandangan mata kaum wanita. Dalam erti kata lain, perfect! Lelaki yang bakal tunduk di bawah telunjuknya. Firdayu ketawa di dalam hati.

Seorang pemuda muncul bersama jambangan bunga menghampiri Ruzair dan temannya, Fahmy. Pemuda itu berbisik ke telinga Fahmy.
Fahmy tersenyum. Jambangan bunga bertukar tangan. Fahmy naik ke atas pentas.

“Congratulations.” Dia menghulurkan jambangan bunga lavender kepada Firdayu.

“Thanks, Fahmy. You tahu kesukaan I. Lavender.”

Firdayu menyambut jambangan bunga tersebut. Dia sempat sekilas lalu bertaut mata dengan pemuda di bawah pentas itu. Pemuda itu berpakaian simple tapi kelihatan terurus dan tampan walaupun rambutnya panjang mencecah bahu. Pemuda itu memiliki senyuman yang cukup menawan. Sayang… dia tidak tersenarai di dalam kategori lelaki pilihan Firdayu. Apa kelas bermain cinta dengan mamat penghantar bunga.

Pelbagai jenis jambangan bunga diterima oleh Firdayu terutamanya daripada lelaki-lelaki yang menggilainya. Tidak menang tangan Firdayu dibuatnya.

Kid turut membantu membawa bunga-bunga tersebut ke belakang pentas.
Firdayu duduk melepaskan keluhan. Jelas terpamer keletihan pada wajahnya namun dia lega kerana pertunjukan fesyen rekaannya berjalan dengan lancar. Dia tersentak apabila ada tangan menghulurkan segelas minuman kepadanya. Firdayu mengangkat kepalanya. Wajah Ruzair berada di ruang mata.

Ruzair melemparkan senyuman.

Mata Kid melirik ke arah Ruzair. Rasa-rasanya dia kenal dengan lelaki ini. Segera Kid mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

“Boleh I temankan you?” Ruzair meminta keizinan. Sejak bertemu dua mata dengan Firdayu, entah kenapa hati Ruzair jadi tidak tenteram. Wajah jelita Firdayu tidak lari dari tatapan matanya. Sebelum ini dia menindakkan kejelitaan Firdayu, tuan yang empunya Rosette Fashion Designer.

“Hmmm….” Menggeleng tidak, mengangguk pun tidak. Gelas minuman di tangan Ruzair juga tidak bersambut.

“Maaf kerana kurang sopan dengan you. I patut perkenalkan diri I dulu, kan? I Ruzair Tan Sri Hamzah. Pemilik Teraju Utama Corporation.” Ruzair memperkenalkan dirinya. Tangan dihulurkan.
Firdayu tersenyum sinis. Sengaja jual mahal.

“I rasa you dah tahu nama I. Tidak perlu I introduce diri I lagi,” balas Firdayu bersahaja. Huluran tangan Ruzair tidak bersambut.
Ada riak tidak puas hati di raut wajah Ruzair. Firdayu tidak sudi menerima salam perkenalan daripadanya. Dia menarik balik huluran tangannya itu.

Fahmy yang sedang berbual-bual dengan beberapa orang tetamu di dalam jamuan itu beralih pandang. Bibirnya mengukir senyuman kelat melihat gelagat Ruzair yang sedang cuba menarik perhatian Firdayu. Memang Ruzair sengaja mencari nahas. Tidakkah dia dengar akan khabar-khabar angin mengenai wanita itu? Mana-mana lelaki yang mendampinginya tidak akan bertahan lama di dalam perhubungan. Mereka sendiri dengan rela hati akan memutuskan perhubungan dengan Firdayu. Firdayu tidak akan serius menjalinkan perhubungan.

“Excuse me. I nak jumpa kawan I sekejap.” Fahmy meminta diri. Dia perlu menyelamatkan Ruzair sebelum menjadi mangsa poison ivy itu. Firdayu, wanita yang bijak mengatur langkah dalam menjerat lelaki.

“Okay. We talk later, Mr. Fahmy.” Salah seorang rakannya berbangsa Cina bersuara.

“Thanks.” Fahmy membuka langkah.

Ruzair masih terpacak di hadapan mata Firdayu. Kid yang berada di sebelah Firdayu mengerling Ruzair dengan ekor matanya. Dia akan bertindak sekiranya Ruzair cuba mengapa-apakan Firdayu.

Sikap Firdayu yang tidak mahu melayannya telah membakar hati Ruzair. Wanita itu langsung tidak memandang dia. Apakah kekurangnya pada dirinya? Tidak layakkah dia memberikan salam perkenalan pada wanita itu?

Sayang, Ruzair tidak tahu apa yang bermain di dalam minda Firdayu. Firdayu sebenarnya sedang bermain tarik tali dengan Ruzair. Ini yang buat Fahmy tidak senang hati. Dia tidak mahu Ruzair dipermainkan oleh Firdayu.

“You tak patut layan kawan I begini, Yue,” sapa Fahmy. Dia pandang wajah Firdayu yang tersenyum sinis.

“You memang wanita yang angkuh. Tapi I like it. Tiada wanita yang pernah memberikan penghinaan begini pada I,” suara Ruzair dengan nada sindiran. Ruzair mengerling Firdayu.

Firdayu sekadar mengangkat kening. Bibirnya mengorak senyuman. Firdayu sama sekali tidak terasa dengan kata-kata Ruzair.

“I gerak dulu Fahmy,” ujar Firdayu.

“You nak tinggalkan party you?”

“You pun tahu sikap I, Fahmy. I tak sukakan party. Well… membosankan.” Firdayu bingkas bangun menyandang beg tangannya. Dia pandang sekilas ke arah Ruzair.

Ruzair mengangkat keningnya.

“I hope you tak berkecil hati dengan I, Mr. Ruzair and I hope you will enjoy the party.” Firdayu beredar bersama Kid. Sempat dia melambaikan tangannya kepada Fahmy dan Ruzair.

“Dia wanita yang menarik,” komen Ruzair.

“You kata menarik? I rasa lebih baik you jauhkan diri you dari dia. Dia adalah perempuan yang tak patut you kenali dengan lebih rapat. Poison ivy.”

“Poison ivy?” Ruzair mengerutkan dahi.

“I yang berikan Firdayu dengan gelaran itu ketika I dengan dia sama-sama belajar dulu. Dia wanita yang mampu menarik perhatian lelaki di sekelilingnya. Ada aura yang menakutkan. I tak mahu you juga menjadi mangsa dia, Ruz.”

Fahmy menunjukkan kebimbangannya. Tidakkah Ruzair pernah menonton watak Poison Ivy di dalam filem Batman itu? Semua lelaki tunduk pada wanita yang jelita itu dengan hanya menghembuskan racunnya. Dia tidak mahu Ruzair terkena hembusan racun cinta Firdayu. Bahaya!
“Apa yang you mengarut ni, Mie? Masakan I akan mengkhianati Fatin? I hanya ingin berkenalan dengan dia, tidak lebih dari itu.” Ruzair ketawa kecil. Kejelitaan Firdayu masih tidak mampu menggugat cintanya pada Fatin.

“I hanya beri peringatan pada you, Ruz. Orang yang berkahwin boleh bercerai-berai apatah lagi yang baru nak mengikat tali pertunangan macam you. Forget it! Lebih baik you buang niat baik di hati you itu jauh-jauh, Ruz.” Fahmy menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.
Ruzair sekadar menjongket bahu.



“CUN siot perempuan tu! Kalau aku dapat dia, gerenti aku tak pandang orang lain dah.” Dali memeluk bahu pemuda yang berada di sisinya itu.

Alfi hanya tersenyum.

Dali terdongak-dongak untuk melihat wajah jelita Firdayu.
Para wartawan mula mengerumuni Firdayu. Pelbagai soalan ditanyakan. Daripada isu kerjaya Firdayu hinggalah ke isu peribadinya. Namun bukan Firdayu yang menjawab tapi pembantu peribadi yang berada di sebelahnya.

“Dia ramai peminatlah,” getus Alfi.

Dali mengangguk tanda bersetuju. Lelaki seperti mereka tidak sepadan dengan wanita sejelita Firdayu yang punya kedudukan. Mereka tak ubah seperti pipit yang impikan merak kayangan. He he he… apa salahnya kalau pasang angan-angan, kan?

“Tapi kalau kau digandingkan dengan dia, memang padan. Dia jelita, kau cute. Usia bukan faktor utama, beb,” usik Dali.
Gadis-gadis di hotel itu amat suka mendekati Alfi kerana wajahnya cute macam hero kedua cerita drama bersiri Korea, My Girl. Lee Joon Ki. Mungkin juga kerana sikap ramahnya dan ringan tulang menyebabkan dia disenangi ramai.

Alfi menayangkan buku limanya.

“Aku tak mimpikan seorang permaisuri secantik dia. Aku lebih sukakan perempuan yang terima aku seadanya. Aku ada dengar budak-budak hotel ini bercerita. Perempuan itu seorang yang berbahaya. Kalau tak silap, dia orang panggil dia poison ivy. Ye ke dia sedahsyat itu?” tanya Alfi ingin tahu.

“Ha! Ha! Ha! Cepat betul cerita tersebar satu hotel. Ini mesti dari mulut Si Ita Murai tu. Apa yang kau dengar tu memang betul, bukan cerita olok-olok. Ada sorang staf hotel kita pergi service bilik dia. Secara tak sengaja staf kita tu kemaskan pakaian-pakaian dia yang berselerak kat atas tilam. Bukan setakat tu, semua barangnya yang terkontang-kanting itu disusun kembali. Bila dia masuk, biliknya sudah berkemas bersih. Mengamuk gila poison ivy tu. Bergegar hotel kita. Nasib baiklah staf tu tak dibuang kerja.” Dali bercerita.

Alfi menelan air liur. Perempuan yang menakutkan! “Aku ada dengar yang dia jugak kikis duit lelaki sampai licin. Malah ada yang tinggal sehelai sepinggang kerana dia.”

“Betullah tu. Tapi target dia lelaki-lelaki kaya saja, tau. Kalau kau… memang tak layak la jadi calon teman lelaki dia sebab dia tu perempuan materialistik. Alamak! Perut aku meragam pulak. Ini mesti kes makan mi goreng pedas tadi.”

Dali menekan-nekan perutnya dengan dahi yang berkerut seribu. “Kau boleh tolong aku tak?”

“Tolong apa?”

Dali menyeluk poket seluar lalu mengeluarkan segugus kunci. Dia hulurkan kepada Alfi.

“Ini kunci kereta. Kau mahu aku….”

Dali mengangguk.

Alfi menggetap bibir.

“Tolonglah… perut aku sakit sangat ni.”

“Tapi aku…”

Belum sempat Alfi menghabiskan ayatnya, Dali sudah berlari ke pintu belakang. Dah tak tahan sangat la tu!

Alfi mengeluh. Bukankah Dali tahu dia tidak punya lesen kereta. Dia mula gelisah. Nak tak nak terpaksa juga dia mengatur langkah.
Firdayu membuang jambangan bunga tersebut ke dalam tong sampah di ruang dapur hotel itu. Dia tersenyum sinis.

Kid jadi pemerhati. Tadi kemain Firdayu dengan senyuman plastiknya menerima jambangan bunga daripada lelaki-lelaki korporat itu. Tiga tahun bersama Firdayu… Kid sudah memahami Firdayu. Firdayu memang wanita plastik!

Huh! Ada hati lelaki-lelaki itu mahu memikat hati aku. Ingat layak sangatkah? Demand aku tinggi, tau! desis hati Firdayu.
Setakat Dato’ dan Tan Sri yang tua-tua bangka itu buat Firdayu geli-geleman. Meloyakan! Tapi kalau lelaki-lelaki tua itu digunakan untuk menghilangkan rasa bosan, tak kisahlah jika mereka jadi bahan permainannya. Lagipun bukan dia yang meminta. Mereka yang rela hati memberi.

“Tak sayang ke Cik Firdayu buang bunga-bunga ni?” soal Kid.

“Boleh tak you jangan menyibuk urusan I? You tu hanya orang suruhan I, jadi jangan nak pandai-pandai mengajar I!” herdik Firdayu.

“Tapi saya rasa tak salah kalau saya nak mengajar cik. Terutamanya pada benda yang saya rasa tak betul.” Kid membalas dengan selamba.
Itu yang buat Firdayu semakin menyampah bila beradu cakap dengan Kid.  

Gedegang! Tiba-tiba bunyi seperti pelanggaran kedengaran.
Bergegas Firdayu dan Kid melangkah keluar.

Bulat anak mata Firdayu melihat bahagian hadapan kereta Porschenya remuk akibat terlanggar tiang lampu.

Alfi sedang menggosok dahinya yang terhantuk akibat perlanggaran tadi. Beberapa pekerja hotel itu mengerumuninya.

Firdayu segera membuka langkah, merapati mereka yang sedang berkerumun. Dia menggigit bibir. Porsche kesayangannya sudah jahanam! Pemuda itu dikerling tajam. Kau memang sengaja mencari nahas dengan aku, budak! Kau tahu tak berapa harganya sebiji Porsche itu?

“Sayang….” Berlari-lari anak Firdayu mendapatkan Porschenya. Diusap Porsche kesayangannya itu.

Kid hanya memerhati saja gelagat Firdayu itu.

Tiada sesiapa yang menghiraukan keadaan kereta Firdayu. Mereka sibuk mengerumuni Alfi.

“I mahu jumpa you punya manager! Sekarang!” Firdayu melenting.
Semua mata terarah kepada wanita jelita itu. Wajah mereka berubah. Adakah Porsche itu milik Firdayu? Habislah Alfi kali ini! Masing-masing menggigit jari.

Firdayu merengus. Kid berdiri tegak di sisinya.

Berpeluh wajah Encik Amir, pengurus hotel tersebut. Firdayu mahu buat aduan ke pihak atasan. Tentu saja dia akan dipersalahkan kerana membenarkan pekerja yang tidak punya lesen memandu kereta membawa kereta pelanggan. Dia akan dipecat atau diturunkan pangkat. Dia memandang Alfi yang baru tiga minggu bekerja di hotel tersebut.
Alfi tidak berani menatap wajah ketuanya itu. Sepatutnya dia menunggu Dali melepaskan hajat terlebih dahulu.

“I benar-benar minta maaf, Cik Firdayu. Tolong jangan bawa perkara ini ke pihak atasan I. I akan bayar ganti rugi kepada you,” suara Encik Amir agak bergetar.

Firdayu tersenyum sinis. Apa kau ingat kau mampu bayar Porsche aku? Gaji kau seratus tahun pun tak cukup nak bayar harga Porsche aku ni!
“You mampu ke nak bayar ganti rugi Porsche I? Gaji you tak mampu menanggung kos kerosakan kereta I ni,” desis Firdayu.

Encik Amir terdiam. Dia menelan air liur berkali-kali.

“Apa you mahu I lakukan?” soalnya.

“I mahu you pecat dia sekarang jugak!” Jari telunjuknya diacukan pada wajah Alfi. “So, I takkan ambil kira dengan masalah tersebut.”
Berubah wajah Alfi. Jika dia dipecat, bagaimana dia mahu menjelaskan hutang sewa rumahnya yang sudah sebulan lebih tertunggak? Dia amat perlukan pekerjaan tersebut. Perempuan itu banyak wang, tentu sahaja boleh beli kereta baru. Kejam punya perempuan! Dia cuba meraih simpati pengurusnya. Namun yang dia dengar hanya keluhan kecil dari mulut Encik Amir.

“Baiklah.” Encik Amir memberikan persetujuan. Dia buntu. Tiada cara lain selain memecat Alfi bagi memuaskan hati perempuan ini!
Bagaikan ada batu besar menghempap tubuh Alfi ketika itu. Encik Amir menyebelahi Firdayu.

Firdayu melirik senyuman puas.

Kid menggeleng. “Cik Firdayu… tak wajar cik mahu dia dipecat sedangkan cik ada kereta lain.”

Firdayu membeliakkan biji matanya. Kid mahu membela budak mentah itu. Menyampah betul dengan Kid ni! Bencilah bila Kid sudah merenung tajam begitu. Dia seolah-olah dapat membaca pemikiran Kid. Macam ada telepati pulak.

“Kid!” Firdayu tidak mahu mengaku kalah.

“I tak mungkin tarik balik kata-kata I! No!” tegas Firdayu.

“Yes!”

“No!”

“Yes!”

“No!”

Encik Amir dan Alfi saling berpandang melihat Firdayu dan PAnya bertekak. Hairan juga mereka.

“Cik Firdayu… kalau begitu biar saya yang menanggung kos kerosakan kereta cik. Mulai hari ini saya akan bekerja tanpa gaji dengan Cik Firdayu. Saya rasa syarat pertukaran ini adil.” Kid bersuara tenang. Namun panahan matanya cukup tajam.

Itu yang buat Firdayu cukup menyampah jika dipanah oleh mata jernih Kid. Firdayu membisu. Dia mengusap dagu, berfikirkan sesuatu. Agak lama sebelum sekuntum senyuman sinis terukir di bibirnya. Ada manfaatnya juga jika dia memaafkan budak lelaki itu.

“Baiklah! I maafkan dia kali ini,” putus Firdayu.

“Awak sangat bernasib baik hari ini, budak mentah!” Firdayu pantas berlalu dari situ.

Kid melirikkan mata pada Alfi. Bahu pemuda itu ditepuk lembut. Dia mengikut langkah Firdayu.

Alfi angkat kepala. Bibirnya mengulum senyuman. Tidak sempat dia mahu mengucapkan terima kasih kepada Kid. Kid yang membantu dia dari dipecat. Dia seakan-akan pernah melihat Kid. Tapi di mana ya? Alfi garu kepala yang tidak gatal. Nyata daya ingatannya tidak kuat. Tapi, sungguh! Dia pernah melihat wajah lelaki itu.

Nak tahu penamat novel ini? Jangan lepaskan peluang untuk memiliki novel ini APRIL 2011 nanti!!!

“Kerana satu perjanjian, aku mencari cinta.
Dan kerana perjanjian itu, aku menemui cinta.”
TERBITAN: KAKI NOVEL ENTERPRISE
PENULIS: ILYA ABDULLAH
ISBN: 978-967-5067-70-9
SEMENANJUNG: RM 18.00
SABAH/SARAWAK: RM 21.00
JUMLAH M/S: 420

nie iffah nk gtau jew novel apa kluar bulan april nie....iffah bkn jual novel..

Search This Blog

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...